Kisah Gitar Bandung Yang Sukses Menembus Pasar Mancanegara
Berikut ini adalah satu lagi bukti kalau hobi memang benar-benar layak dijadikan sebagai tumpuan atau tangga untuk menempuh perjalanan menuju keberhasilan dan meraih kesuksesan dalam bidang bisnis. Salah satu dari sekian banyak wirausahawan sukses yang telah membuktikannya adalah Muhammad Satrianugraha atau lebih akrab disapa dengan panggilan Hanung. Hanung adalah seorang wirausahawan asal kota kembang Bandung yang telah sukses mengembangkan hobi menjadi sebuah usaha yang sangat sukses, tidak hanya didalam negeri saja, bahkan hasil kreasinya diakui hingga ke mancanegara. Hasil kreasinya adalah produk gitar yang telah mendunia dengan label “Stranough Guitar Technology”. Stranough Guitar Technology merupakan Kisah Gitar Bandung Yang Sukses Menembus Pasar Mancanegara.
Kisah Hanung menjadi seorang wirausahawan sukses bermula saat ia remaja, seperti kebanyakan remaja pria yang doyan musik, Hanung pun punya cita-cita menjadi pemain gitar profesional. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut ia lalu minta uang kepada orang tuanya untuk membeli gitar. Tapi apa daya, orang tuanya hanya memberi uang Rp. 2 juta, sedangkan gitar yang ia inginkan harganya 19 juta rupiah. Melihat harga gitar yang begitu mahal tak membuat Hanung menyerah, justru hal tersebut malah membuatnya penasaran, mengapa gitar yang ia inginkan dihargai dengan sangat mahal. Berbekal rasa penasaran itu ia kemudian berniat membuat gitar sendiri dengan modal 2 juta dari pemberian orang tuanya tersebut. Ia melihat ada peluang usaha disana, kemudian mulai mencari informasi dan artikel lewat internet tentang cara pembuatan gitar yang spefisikasinya seperti yang ia inginkan. Dari hasil mengumpulkan data itu ia akhirnya tahu banyak tentang gitar, tak hanya spesifikasi, tetapi juga sampai ke pemilihan bahan kayu, proses produksi, dan perakitan gitarnya. Namun untuk merealisasikan proses tersebut ke tahap pengerjaan, ia masih menghadapi masalah karena tak punya informasi tentang tempat atau bengkel pembuatan gitar.
Momen bisnis Muhammad Satrianugraha bermula saat ia mengunjungi rumah almarhum Harry Roesli, secara tak sengaja ia mendengar pembicaraan tentang seseorang yang bisa membuat dan memodifikasi gitar. Singkat cerita, akhirnya Hanung berhasil menghubungi pembuat gitar tersebut sekaligus menjalin kerjasama untuk memproduksi dan menjual gitar buatan sendiri. Pada bulan Mei 2004 usaha pembuatan gitarnya resmi berdiri. Untuk menunjang promosi dan penjualan, tak lupa Hanung pun membuat website dan memasarkan produknya secara online.
Berbekal situs website tersebutlah kerja keras dan usahanya mulai mendapatkan banyak pesanan, tak terkecuali pesanan yang datangnya dari mancanegara.
“Saya posting, kemudian ada yang pesan langsung dari Belanda. Mereka bilang, bisa nggak dibuatkan gitar khusus. Saya bilang bisa. Lalu saya buat gitar pesanan mereka. Bentuknya kecil dan aneh. Itulah gitar travel pertama yang saya buat,” tuturnya.
“Setelah selesai bikin, mereka minta dikirim contohnya itu. Saya kirimlah itu gitar pesanan tadi, kemudian 40 hari kemudian mereka telepon lagi bisa nggak dibuatkan 250 unit lagi. Dari situ produksi saya di pakai di Belanda sampai sekarang,” katanya.
Kini produk Stranough Guitar Technology telah merambah ke kota-kota berbagai negara di dunia, antara lain ke Singapura, Tokyo, Hong Kong, Sydney, Turki, Frankfurt, New York. Juga ke Belanda dan beberapa negara lain. Sebuah produk mampu menembus hingga pasar internasional bukan perkara mudah, kunci kesuksesan produk gitar buatan Hanung terletak pada desain inovatif dan unik sehingga membuat gitar produksi lokal ini bisa diterima masyarakat internasional. Misalnya saja produk inovatif kebanggaan rumah produksi ini adalah The Tripper, sebuah gitar listrik yang bisa dimainkan di mana saja.
“Ini konsepnya gitar travel. The Tripper ini sudah kami patenkan. Di Indonesia bahkan di luar negeri juga nggak ada lagi yang bikin gitar travel seperti punya kami,” tutur Hanung bangga.
Selain itu, yang membedakan gitar travel miliknya dengan gitar travel serupa produksi luar negeri adalah pada teknologinya. “Cuma kita yang bikin gitar kepala buntung yang senarnya langsung menyambung ke body gitar. Tuning-nya di body,” tuturnya.
Dalam proses pembuatan gitar pesanan, Hanung juga memiliki trik sendiri agar pelayanannya memuaskan, misalnya proses pembuatan gitar yang biasanya butuh waktu 30 hari, agar konsumen tidak merasa menunggu terlalu lama, Hanung selalu menginformasikan proses pembuatan dan mengirim foto kepada pelanggannya seminggu sekali. Mulai dari kayu yang masih balok, kemudian terpotong menjadi bentuk gitar, dirapikan, hingga perakitan. Dengan demikian, konsumen merasa ikut serta dalam proses pengerjaan itu.
Tak hanya sisi bisnis yang menjadi pusat perhatian Hanung, ia juga membagi pengetahuan dan pengalamannya di dunia bisnis di berbagai seminar atau pelatihan wirausaha. Setelah kursus bermain gitar ia dirikan, kini ia juga merintis sekolah pembuatan gitar. Hanung juga telah mewujudkan mimpi berbagi melalui program yang dia beri nama stairway to heaven. Sebuah program sosial yang mewadahi sumbangan dari dermawan, terutama Stranough Brotherhood, dan sebagian keuntungan usaha Stranough disalurkan kepada orang-orang kecil yang terimpit ekonomi. Ini salah satu wujud dari prinsip yang dipegang teguh Stranough, yakni berbisnis dengan melibatkan Tuhan dan hidup untuk berbagi.
Kisah perjalanan usaha, koleksi gitar, training, konsultasi masalah gitar dan semua yang berkaitan dengan gitar bisa anda dapatkan dengan mengakses website resmi Stranough Guitar Technology disini!
admin
Latest posts by admin (see all)
- 3 Jenis Orang Yang Harus Dimiliki Dalam Bisnis - Monday, 24 August 2015
- Menikmati Wisata Kuliner di d’Sambal, Raja Sambal dari Bali - Friday, 29 May 2015
- Kisah Sukses Bukalapak Menggaet Investor Kelas Dunia - Thursday, 28 May 2015
makash admin artikelnya sangat membantu
Wow, hebat….untuk kayu dan bahan baku lain nya, di datangkan dari mana?