Peluang Usaha Ekonomi Kreatif Topeng Bujang Ganong
Proses pembuatan topeng Bujang Ganong dari awal hingga finish, Sutrisno mengaku mengerjakannya secara homemade. Selain bisa dapat feel, pengerjaan topeng secara manual, yaitu dengan menatah khususnya pada lekuk wajah, membuat kerapian topeng bisa terjaga. Untuk alat, Sutrisno menggunakan alat berupa satu set tatah ukir yang sudah dia modifikasi, agar penggunaannya lebih bagus.
Sedangkan bahan yang digunakan untuk membuat topeng adalah kayu dadap cangkring. Menurut Sutrisno, kayu ini memiliki karakter yang tidak dimiliki oleh kayu lain. “Kayu Dadap Cangkring sangat ringan, seratnya bagus, dan mudah dibentuk, karena inilah kami biasanya menggunakan kayu ini sebagai bahan baku utama. Jika sudah didempul serta di cat, kayu bisa tahan terhadap rayap.” Ujar Sutrisno yang sudah 11 tahun berkecimpung sebagai seniman topeng ini.
Proses pembuatan topeng sebenarnya sangat sederhana, namun Sutrisno menginggatkan bahwa dalam membuat topeng harus selalu menjaga mood. Jika mood bagus, feel yang di dapat dari topeng juga akan positif. Untuk membuat topeng Bujang Ganong ini, pertama-tama adalah mencari kayu dadap sebagai bahan utamanya. Setelah mendapatkan, kayu kemudian diangin-anginkan hingga kering. Lalu, kayu tersebut dipotong dengan ukuran tertentu.
“Ada tiga patokan ukuran dalam membuat topeng. Pertama untuk topeng kecil, kedua ukuran untuk medium, dan ketiga ukuran besar untuk kelas pentas. Setelah dipotong, kayu tersebut siap diukir. Setelah diukir, topeng setengah jadi diangin-anginkan kembali, setelah itu dihaluskan dan di dempul. Terakhir adalah proses pengecatan dan pemasangan rambut serta aksesoris.” Ungkap Sutrisno.
Menurut sutrisno, dari pencarian kayu hingga topeng selesai membutuhkan waktu satu minggu. Dalam proses ini, yang menjadi tantangan sekaligus kendala bagi Sutrisno adalah ketersediaan bahan baku rambut untuk sang Bujang Ganong.
“Untuk rambut Bujang Ganong, bisa menggunakan rambut ekor sapi atau rambut kuda. Kendala yang kerap kami hadapi adalah kesulitan mendapatkan pasokan rambut sapi atau kuda ini. Kebijakan pemerintah untuk lebih memilih mendatangkan daging sapi dari luar negeri daripada mencari sapi lokal, membuat menyusutnya peternak sapi yang menyembelih hewan peliharaannya.” Ujar Sutrisno.
Sedangkan harga rambut sapi per kwintal saat ini menyentuh 800 ribu, sedangkan untuk rambut kuda, Sutrisno mengaku biasanya beli dalam bentuk ikatan. Satu ikat 250 ribu untuk warna hitam, namun untuk rambut kuda yang berwarna putih harga bisa melambung.
Untuk pemasaran topeng Bujang Ganong buatannya, Sutrisno mengaku tidak mengalami kendala yang berarti. Justru dia kerap kelimpungan memenuhi pesanan yang datang dari dalam kota maupun luar kota. “Biasanya toko cinderamata lebih dulu memesan saat saya belum menyetok topeng, jadi biar mereka kebagian. Karena begitu selesai membuat biasanya langsung ada yang ambil. Namun, jika yang memesan perseorang dan topengnya akan dibuat pentas, saya memperlakukan dengan khusus.” Tambah Sutrisno.
Dalam seminggu, Sutrisno mengaku mampu memproduksi sekitar 40 topeng Bujang Ganong. Untuk pertopeng, Sutrisno membandrol dengan harga 250 ribu untuk topeng dengan rambut dari sapi. Jika yang digunakan rambut kuda, sutrisno membandrol topeng buatannya dengan harga 900 ribu. Selain Bujang Ganong, Sutrisno juga kerap mengerjakan topeng siongo barong atau reog. Untuk harga, Sutrisno mengaku sangat tergantung bahan baku yang digunakan. Jika singo barong menggungakan kulit harimau, satu set reog lengkap dengan gamelan bisa mencapai 30 – 40 juta.
Ahmed
Latest posts by Ahmed (see all)
- Wirausaha Bisnis Komputer di Computer Exhibition Solutions 2015 - Friday, 30 October 2015
- Wirausaha yang Sukses Jangan Pelit Berbagi Ilmu - Thursday, 29 October 2015
- Beranjak Tua tapi Ia Tetap Menjaga Semangat Wirausaha - Sunday, 25 October 2015