Peluang Usaha Budidaya Jahe Merah: Omset Melejit Dari Lahan Sempit
Siapa yang tak kenal dengan jahe merah? Hampir semua masyarakat di Indonesia mengenal tanaman ini, karena cukup mudah ditemukan di halaman atau pekarangan rumah di sekitar lingkungan tempat tinggal kita berada. Tanaman yang bisa digunakan untuk bahan minuman tradisional seperti sekoteng, bandrek, dan berbagai minuman penghangat lainnya ini ternyata juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan baku obat herbal. Karena memiliki banyak manfaat itulah, kini permintaan jahe, khususnya jahe merahpun melejit dengan harga yang stabil bahkan cenderung meningkat. Sudah sejak dulu, jahe diketahui memiliki banyak sekali manfaatnya, terutama untuk dijadikan minuman penghangat tubuh, penambah stamina dan mengobati masuk angin. Bahkan, jahe juga dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk bumbu makanan sejak jaman nenek moyang kita hingga sekarang. Saat ini peluang usaha budidaya jahe merah memiliki prospek yang cerah karena manfaatnya juga mulai dikembangkan kearah dunia farmasi.
“Bagi dunia farmasi atau kesehatan, jahe merah dimanfaatkan sebagai antioksidan, antiinflamasi, analgenik, jahe juga bisa dijadikan suplemen untuk penguat jantung dan anti kanker. Selain itu, jahe merah dimanfaatkan untuk pencegah obesitas, anti diare dan mual serta untuk melancarkan aliran darah. Karena banyaknya manfaat yang kita peroleh dari Jahe inilah, khususnya jahe merah, maka membuat komoditas ini sekarang kebanjiran permintaan.” Ungkap Hariono, salah seorang petani jahe merah asal Desa Japan, Ponorogo kepada wartawirausaha.com.
Saat ini, peluang usaha budidaya jahe merah secara intensif masih belum banyak dilakukan oleh masyarakat. Menurut Hariono, sebagian masyarakat masih kebingungan mencari pemasaran pasca panennya. Karena itu, Hariono mengingatkan pentingnya untuk membuat semacam kelompok tani atau komunitas petani jahe, khususnya jahe merah untuk saling mensupport dan saling share mengenai jahe merah itu sendiri.
“Untuk pemasaran, biasanya diambil langsung oleh tengkulak. Selain itu, perusahaan minuman yang membutuhkan jahe merah sebagai bahan baku juga mengambil di tempat kita. Banyak juga produk turunan dari jahe merah yang bisa menjadi komoditas yang bernilai ekonomis. Karena itu jangan khawatir jika hasil panen tidak bisa terserap pasar. Bahkan jika kita memiliki komunitas wirausaha atau kelompok tani, siapa tahu bisa melayani permintaan dari pabrik-pabrik farmasi.” Tambah pria yang memiliki profesi sebagai pengajar di salah satu SMP swasta di kota Reog ini.
Dalam budidaya jahe merah, masyarakat umumnya menggunakan polybag dan bermedia bokasi. Hariono memiliki kiat lain dalam memanfaatkan luas pekarangan di sekitar rumah dalam membudidayakan jahe merah dan tanpa menggunakan polybag. Hariono lebih sreg menggunakan sistem box yang dia buat dari bambu seluas 1,5 x 1 meter.
“Penggunaan polybag dan box menurut saya sama-sama bagus. Hasil panennya pun hampir seimbang. Namun, penggunaan box lebih efisien dan lebih hemat. Dulu saya pernah menggunakan polybag untuk budidaya jahe, namun polybag biasanya tidak lama umurnya. Belum sampai panen banyak polybag yang rusak. Karena itulah, saya dan kelompok tani jahe merah disini mencoba menggunakan sistem box yang bisa dibuat sendiri dari bambu, hasilnya ternyata tidak mengecewakan. Perawatannya juga lebih mudah.” Ujar Hariono.
Hal terpenting untuk memulai budidaya jahe merah ini adalah menentukan bibit jahe merah. Menurut Hariono, bibit yang bagus bisa diambil dari rimpang jahe yang sudah berumur 10 bulan ke atas, dengan kondisi fisik jahe lebih besar, warna lebih cerah, sehat dan tidak luka atau lecet. Setelah mendapat rimpang yang akan dijadikan bibitan, rimpang kemudian dijemur hingga kering, lalu simpan dalam kondisi suhu ruang selama 1 – 1,5 bulan. “Setelah disimpan, rimpang kemudian di patahkan atau dipotong dengan tangan, setiap potong memiliki 3 – 5 mata tunas setelah itu dijemur 1 hari. Keesokan harinya, potongan tersebut dimasukkan ke keranjang yang berlubang atau karung goni lalu dicelupkan ke larutan fungisida dan zat pengatur tumbuh sekitar 1 – 2 menit lalu keringkan.” Tambah Hariono.
Sebelum ditanam di dalam box, rimpang disemai dulu dalam bedeng. Untuk penyemaian lahan bedengan dibersihkan dari gulma dan diratakan. Bagian dasar ditabur abu atau sekam atau gergajian setebal 5 – 10 cm. Di atasnya di beri lapisan tanah atau pasir halus atau ladu tebal sekitar 5 cm, lalu bibitnya di taruh berjajar merata di atasnya. Persemaian kurang lebih sampai berumur 3 – 5 minggu agar siap tanam. “Untuk pembuatan medianya, bisa disiapkan terlebih dulu pupuk kandang, pasir halus, sekam bakar serta tanah. Bisa dicampur juga NPK sebesar 1 % dan dicampur stater mikroba. Setelah itu dicampur atau diaduk secara merata, lalu ditutup dengan plastik. Setiap pagi selama satu sampai dua minggu media diaduk selama beberapa menit. Setelah dua minggu, media siap digunakan.” Ujar Hariono yang juga merupakan salah satu leader petani jahe merah di tempatnya.
Sembari menunggu media selesai dibuat, box untuk penempatan media dan bibit jahe merah bisa dibuat. Box dibuat dari bambu yang dibelah, dan disusun sederhana secara mendatar. Panjang box idealnya 1,5 meter, lebar 1 meter dan tinggi kurang lebih 1 meter. “Setelah box selesai, box kemudian diisi dengan media lalu diberi bibit rimpang yang sudah menyemai. Untuk satu box biasanya bisa menampung 200 rimpang.” Tambahnya.
Kendala yang kerap dihadapi oleh petani jahe adalah cuaca panas atau musim kemarau. Biasanya pada suhu panas, jahe merah perlu penyiraman secara rutin agar media tidak mengering. Selain cuaca, menurut Hariono kendala lain yang dihadapi adalah binatang unggas seperti ayam dan angsa. Dan, untuk hama yang perlu diwaspadai adalah karat daun. Namun menurut Hariono, untuk karat daun saat ini sudah ada solusinya. Di toko pertanian banyak menyediakan obat-obat khusus untuk mengantisipasi hama yang ada di jahe merah.
Selain mengisi kebutuhan akan jahe merah di pasar-pasar tradisional, Hariono juga menyiapkan rimpang-rimpang yang bagus untuk dijadikan bibit jahe merah. “Saya pikir, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dalam memasarkan budidaya jahe merah ini. Justru kalau bisa, kita akan membantu petani-petani yang ingin mengembangkan jahe merah ini.” ujar Hariono tentang prospek dan peluang usaha budidaya jahe merah ini.
Agar hasil panen yang didapat maksimal, memang diperlukan penangan yang baik dan itensif dari mulai pemilihan bibit rimpang, penanaman dan perawatan. Untuk perawatan, menurut Hariono bisa dilakukan penyiraman, kegiatan pemangkasan, dan pemupukan. Penyiraman bisa dilakukan setiap hari, jika dalam musim kemarau, atau ketika media sudah terlihat kering, untuk pemupukan bisa dilakukan seminggu sekali dan menggunakan pupuk organik atau pupuk kompos. Dalam satu box, dengan penanaman 200 bibit rimpang, diharapkan mampu menghasilkan 200 kg ketika masa pemanenan.
“Jika saja harga yang beredar perkilo jahe merah Rp 8.000, maka dalam satu box bisa dihitung keuntungan dari budidaya jahe merah ini. Keuntungan menggunakan box, yaitu selain mengirit tempat juga lebih mudah dalam perawatan dan pemanenan. Pemanenan jahe merah idealnya dilakukan 10 – 11 bulan, tapi dipanen dalam satu tahun juga tidak masalah dan lebih bagus. Saya masih yakin, komoditas jahe merah ini masih terus bertahan hingga ke depan.”
Ahmed
Latest posts by Ahmed (see all)
- Wirausaha Bisnis Komputer di Computer Exhibition Solutions 2015 - Friday, 30 October 2015
- Wirausaha yang Sukses Jangan Pelit Berbagi Ilmu - Thursday, 29 October 2015
- Beranjak Tua tapi Ia Tetap Menjaga Semangat Wirausaha - Sunday, 25 October 2015
konveksi baju murah dan berkualitas