Sosok Dibalik Sepatu Asal Klaten Aerostreet Yang Go Internasional
Bisnis sepatu bukan pilihan berwirausaha yang mudah, selain dibutuhkan modal yang kuat, ilmu dan pengalaman yang mumpuni dalam merancang desain menarik, berkualitas dan nyaman digunakan, juga butuh skill marketing berkelas agar dapat bersaing dengan merek-merek lokal dan internasional yang sudah punya nama besar.
Salah satu merek lokal yang dianggap mampu menghadapi semua tantangan itu adalah Aerostreet. Bahkan tercatat, Aerostreet pernah sukses berkolaborasi dengan Walikota Solo Gibran Rakabuming Raka untuk memproduksi sepatu khusus bertema batik dalam perayaan Hari Batik Nasional.
Aerostreet telah berkembang menjadi salah satu item fesyen pilihan anak muda masa kini, tak hanya di Indonesia bahkan telah merambah pasar luar negeri dengan omzet ratusan juta rupiah. Siapa sosok dibalik sepatu asal Klaten Aerostreet yang go Internasional itu? Ada nama Aditya Caesarico yang berhasil menikmati buah perjuangannya wirausaha lewat bisnis sepatunya itu.
Aditya Caesarico atau yang akrab disapa Rico adalah pria jebolan SPA De Brito Yogyakarta, juga pernah mengenyam pendidikan di Universitas Atma Jaya jurusan Manajemen namun tak sampai selesai.
Rico mulai mengenal dunia bisnis saat membantu sang ayah berjualan buku di pecetakan tempat kerjanya, sedangkan kemampuan dan semangat bisnisnya diturunkan dari sang ibunya, yang kala itu adalah seorang distributor sepatu AP Boots. Ia juga pernah melakoni bisnis kecil-kecilan seperti jualan stiker, kaos, aksesoris motor, hingga tukang gulung dinamo.
Bisnis sambil kuliah ternyata berimbas pada kesehatannya, karena itu ia kemudian memantapkan hati mengambil jalan berbisnis dan meninggalkan bangku kuliah. Tak lama menjalankan usahanya, pada tahun 2006 ia memutuskan membubarkan semua usaha yang ia dirikan dan fokus membantu wirausaha ibunya sebagai distributor sepatu AP Boots yang saat itu nyaris bangkrut.
Dibawah tangan dingin Rico, usaha ibunya sehat kembali, tak hanya AP Boots dan sandal Mely bahkan kemudian bisa menggarap lebih banyak merek seperti New Era, Ando, Swallow, ATT, dan lainnya. Volume distribusinya juga bertambah dari hanya 1 truk menjadi 20 truk.
Dari keberhasilan tersebut menginspirasinya untuk membuat brand sepatunya sendiri. Tak kepalang tanggung, Rico bahkan sampai belajar ke Guangzhou, China untuk belajar membuat sepatu dengan teknologi baru dan modern yaitu mennggunakan mesin sepatu tanpa lem.
Kembali ke tanah air, Rico lantas mendirikan Aerostreet pada tahun 2013. Tahun pertama, pabriknya mampu memproduksi dengan kapasitas 800 – 1.000 pasang per hari dengan tenaga kerja 30-40 orang. Perusahaan tersebut kemudian berubah menjadi Perseroan Terbatas pada 2014 dengan nama PT Adco Pakis Mas dengan fokus utama memproduksi sepatu sekolah. Dan pada 2019 akhirnya Aerostreet mulai memproduksi sepatu fesyen.
Tak disangka, peluncuran produk sepatu fesyennya berbarengan dengan datangnya pandemi covid-19 yang membuat produknya banyak yang tidak terjual dan mengakibatkan kerugian besar. Strategi dan adaptasi perkembangan teknologi lewat digitalisasi bisnis (berjualan online) dilakukan agar Aerostreet dapat bertahan dan akhirnya membuahkan hasil positif, mampu menaikkan kembali hasil penjualan.
Melalui strategi digitalisasi bisnis itu pula akhirnya produk sepatu pria miliknya dapat dibeli di beberapa negara seperti Singapura dan Malaysia.
wartawira
Latest posts by wartawira (see all)
- Gak Cuma Dijual, Inilah 5 Ide Bisnis Tanaman Hias Yang Bikin Kamu Super Cuan - Saturday, 12 October 2024
- Apa Penyebab Tupperware Mengalami Kebangkrutan? - Saturday, 12 October 2024
- Viral Di Tiktok Jualan Mochi Pinggir Jalan Raih Omzet Ratusan Juta - Friday, 11 October 2024