Deretan Brand Lokal Indonesia Yang Sering Dikira Produk Impor
Brand Lokal atau produk buatan dalam negeri tak selalu kalah kelas dari produk-produk impor. Nyatanya banyak produk lokal kita yang berkualitas impor, mampu bersanding dengan produk-produk luar negeri, barangkali juga salah satu dari kita pernah salah mengira, merek atau produk yang kita kira produk impor tapi ternyata adalah karya bangsa kita sendiri.
Agar tidak salah duga lagi, berikut ini adalah deretan brand lokal Indonesia yang sering dikira produk impor :
1. California Fried Chicken (CFC)
PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (d/h PT Putra Sejahtera Pioneerindo) yang didirikan pada tahun 1983 di Jakarta adalah salah satu Perusahaan generasi pertama di Indonesia yang memperkenalkan konsep restoran cepat saji berbahan dasar ayam melalui merek dagang California Pioneer Chicken, terwaralaba Pioneer Take Out – Amerika Serikat. Pada tahun 1989 perusahaan melepaskan diri dari usaha terwaralaba dan menjadi pemegang waralaba penuh yang memproduksi dan memasarkan merek produk sendiri yaitu California Fried Chicken (CFC).
2. J.CO Donuts & Coffee
Diilhami oleh donat dari Amerika yang memiliki rasa dan keunikan yang berbeda, Johny Andrean pemilik jaringan waralaba BreadTalk mendirikan J.CO pada tahun 2005. Berbeda dengan Breadtalk yang dibeli dari perusahaan Singapura yang sudah beroperasi, J.CO Donuts & Coffee adalah benar-benar asli perusahaan rintisannya, setelah melakukan berbagai riset dan keilmuannya di bidang membuat roti yang diperoleh sebelum membuka gerai BreadTalk.
3. Hoka Hoka Bento
Hoka Hoka Bento atau yang akrab disebut Hokben adalah resto cepat saji ala Jepang dimiliki oleh Hendra Arifin dibawah bendera PT. Eka Bogainti didirikan pada tanggal 18 april 1985, restoran pertamanya terletak di kebon kacang Jakarta Pusat. Alasan Hendra Arifin tertarik mengembangkan restoran ala Jepang ini karena saat itu konsep resto seperti ini belum ada di Indonesia. Ia melakukan study banding ke Jepang dan kemudian membeli ijin untuk menggunakan merek dan asistensi teknis Hoka Hoka Bento di indonesia.
Kini, PT. Eka Bogainti memiliki penuh hak cipta atas merek merek Hoka Hoka Bento. Meski menawarkan masakan Jepang, kepemilikan merek Hoka Hoka Bento adalah 100 persen dimiliki warga negara Indonesia.
4. LEA Jeans
Berdasarkan Akte Perusahaan, Lea Jeans didirikan pada 1976 namun sebenarnya sudah produksi sejak tahun 1972, hanya saja belum didaftarkan. Menurut keterangan Leo Sandjaja, Direktur PT. Lea Sanent, nama Lea diambil dari nama kakaknya. Awalnya PT. Lea Sanent adalah perusahaan garmen biasa yang membuat t-shirt, dan baru memproduksi jeans pada tahun 1978 dimulai di Singapura.
5. Kafe EXCELSO
Kafe EXCELSO pertama dibuka pada bulan September 1991 di Plaza Indonesia, Jakarta. Didirikan dengan tujuan untuk mendukung pemasaran merk kopi baru yang diciptakan oleh PT. Santos Jaya Abadi yaitu kopi EXELSO.
Memilih pasar kelas menengah ke atas, kopi EXCELSO hanya dapat ditemui di supermarket-supermarket tertentu dan di Kafe EXCELSO sendiri. Dengan adanya Kafe EXCELSO, maka masyarakat dapat menikmati kopi yang diseduh secara langsung begitu dipesan (digiling dan langsung diseduh didalam mesin), dengan kualitas kopi terbaik yang hanya terdapat di Kafe EXCELSO.
6. The Executive
Didirikan pada tahun 1979 oleh Mr Johanes Farial, PT. Delami Garment Industries menandai awal kiprahnya dalam bisnis fashion dan industri manufaktur dengan memproduksi celana panjang pria untuk pasar domestik di bawah nama merek WOOD dan John Far. Pada tahun 1984, perusahaan mengambil alih merek Executive 99, yang pada saat itu memimpin pasar dalam kategori celana pria.
The Executive atau yang lebih dikenal dengan Executive 99 menyediakan berbagai pakaian resmi pria dan wanita dengan berbagai apparel pendukungnya, dengan model, potongan baju dan celana yang anggun serta pemakaian bahan yang nyaman membuat Executive 99 produk yang selalu dicari para pekerja kantoran dan bagi mereka yang ingin tampil rapi.
7. Eiger
PT Eigerindo Multi Produk Industri atau yang dikenal sebagai Eiger merupakan perusahaan manufaktur dan retail peralatan petualangan alam terbuka yang terbesar di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1993 oleh Ronny Lukito di Bandung. Nama perusahaannya, Eiger, terinspirasi dari gunung Eiger, yakni gunung yang terletak di Bernese Alps, Swiss, berketinggian 3.970 m di atas permukaan laut. Berawal dari fasilitas yang sangat terbatas, Eiger meluncurkan produk tas dengan hanya dua mesin jahit. Jalan Cihampelas no. 22 Bandung adalah saksi bisu dirintisnya usaha tersebut, yang kemudian dibuka pula sebuah mini-toko tas di tempat yang sama.
8. Terry Palmer
Awalnya Terry Palmer adalah brand untuk pangsa pasar lokal dengan produk andalannya yaitu handuk yang diproduksi oleh PT. Indah Jaya Textile Industry pada tahun 1962. Perlahan tapi pasti brand ini mulai melirik pasar internasional dan pada tahun 1988 mengawali ekspor dengan tujuan Eropa. Ternyata produk ini banyak peminatnya karena tekstur handuknya sangat lembut dengan daya serap maksimal. Kini pangsa pasarnya meliputi Jepang, Amerika, Australia dan negara-negara Eropa.
9. Sophie Martin (Sophie Paris)
Sophie Martin adalah perusahaan dan merek busana Indonesia yang berdiri di Jakarta pada tahun 1995. Perusahaan ini mendistribusikan pakaian, aksesori mode, dan kosmetik dengan metode penjualan langsung.
Awalnya perusahaan ini bernama Sophie Martin, namun kemudian ditambahkan kata “Paris” sebagai bagian dari strategi pemasaran.
Pendirian Sophie Paris dimulai dari usaha pembuatan tas rumahan oleh ekspatriat asal Perancis, Bruno Hasson. Tas yang diproduksi mendapat sambutan baik dari masyarakat dan lambat laun penjualannya semakin pesat. Oleh sebab itu, Bruno Hasson merekrut karyawan, menyewa gedung, dan menerapkan sistem penjualan langsung dengan memanfaatkan tenaga penjual yang diberi insentif untuk menjual produk Sophie Martin. Selanjutnya Sophie Martin dipasarkan melalui sistem pemasaran berjenjang (MLM) dengan merekrut anggota sebagai mitra untuk memasarkan produk-produk Sophie hingga ke pelosok Nusantara.
Tahun 2009, Sophie Paris membuka perwakilan di Casablanca, Maroko, dan pada 2010 berhasil melebarkan bisnis hingga ke Vietnam, serta Malaysia pada tahun 2012.
10. Edward Forrer
Edward Forrer didirikan sesuai dengan nama pendirinya, Edward Forrer, yang akrab disapa Edo. Edo memulai usahanya berjualan sepatu dari pintu ke pintu (door-to-door). Ia menjual sepatu dengan desain yang dapat dikustomisasi. Sepatu buatannya ketika itu dikenal unik dan kokoh karena dibuat dengan tangan. Dengan cepat namanya menyebar dan dalam setahun, produksi sepatu yang awalnya hanya lima pesanan dalam seminggu bertambah menjadi lima pesanan dalam sehari.
Dalam lima tahun pertama, Edo mampu membuat sendiri sepatu-sepatunya, namun dengan bertambahnya penjualan, ia mencari pemasok lain yang mampu memproduksi sepatu-sepatunya. Pada tahun 2003 Edward Forrer melakukan ekspansi besar-besaran dengan menambah gerai-gerai baru di Indonesia. Ia juga mewaralabakan merek Edward Forrer. Beberapa gerai waralabanya terletak di luar negeri seperti di Australia, Hawaii, dan Malaysia.
11. Krisbow
Tak sedikit yang mengira bahwa mereka perkakas pertukangan dan industri alat berat ini berasal dari luar negeri. Pasalnya, selain karena nama merek dagangnya yang kebarat-baratan, kualitas produk-produk besutan Krisbow juga patut diacungi jempol karena tak kalah bila disandingkan dengan brand-brand luar luar negeri seperi Makita (Jepang), atau bahkan Bosch (Jerman).
Padahal, Krisbow sendiri merupakan kependekan dari ‘Krisnandi Wibowo’. Siapakah dia?
Krisnandi Wibowo adalah salah satu putra dari Wong Jin, pendiri Grup Kawan Lama. Menariknya, strategi bisnis yang diterapkan oleh Krisbow cukup inovatif, yaitu tanpa memiliki pabrik. Ia justru memberdayakan pabrik-pabrik lokal yang tersebar di seluruh penjuru dunia. Selain berperan sebagai pemegang merek, Krisbow juga mengoptimalkan diri sebagai distributor.
Saat ini Kribow memiliki lebih dari 10.000 jenis produk, yang mampu menjawab segala jenis kebutuhan pelaku industri dan hobi. Untuk memudahkan konsumen, Krisbow membagi produknya ke dalam 24 kategori.
12. Buccheri
Menggunakan bahan kulit yang sangat berkualitas dan model asing pada iklannya, tak sedikit orang mengira produk Buccheri merupakan brand luar negeri yang membuka cabang di Indonesia. Rupanya brand yang memproduksi sepatu dan tas kulit ini berasal dari Indonesia.
Brand Buccheri dimiliki oleh PT. Vigano Cipta Perdana yang mengawali bisnisnya pada tahun 1980 dengan toko kecil di wilayah Pasar Baru, Jakarta Pusat dan kini sudah memiliki banyak puluhan cabang yang sudah tersebar di seluruh Indonesia.
wartawira
Latest posts by wartawira (see all)
- Contoh Emotional Selling Dalam Penjualan - Sunday, 16 March 2025
- Penerapan Law of Averages Dalam Pemasaran - Tuesday, 21 January 2025
- Menemukan Tujuan Hidup Dengan Filosofi Ikigai - Tuesday, 21 January 2025







