Project B Indonesia, potensi kepedulian sampah menjadi peluang usaha
Kepedulian pada sampah adalah sesuatu yang langka, tapi tidak bagi Hijrah Purnama Putra (31 tahun) dan teman-temanya. Berawal dari pergaulan kuliah di jurusan teknik lingkungan di sebuah universitas ternama di Yogya, Hijrah dan teman-temannya prihatin dengan banyaknya sampah plastik yang tidak diambil pemulung di kantin kampus. Mereka kemudian berinisiatif mengumpulkan sampah plastik yang memiliki alumunium foil. Pada awalnya, pilihan sampah beralumunium foil murni disebabkan karena sampah beralumunium foil tidak laku dijual ke pemulung. Sampah plastik beralumunium foil ini dibeli dari pemilik kantin dengan harga 10 sampai 70 rupiah. Tetapi, kelompok yang kemudian menamakan dirinya Project B Indonesia, potensi kepedulian sampah menjadi peluang usaha belum disadari.
Tindakan mengumpulkan sampah dengan membeli sampah-sampah dari kantin, burjo, dan angkringan berlanjut hingga satu tahun. Uang yang dikeluarkan untuk membeli sampah plastik didapat Project B Indonesia dari kantong masing-masing anggota. Hingga di tahun 2009, panitia sebuah seminar di UGM terkesan dengan tindakan kepedulian mereka dan meminta Project B Indonesia membuat seminar kit acara seminar. Maka, produk komersial pertama Project B Indonesia tercipta berupa seminar kit sejumlah 250 buah. “Teman-teman ini menjadi semangat sekali karena ternyata plastik yang dikumpulkan dan tidak diapa-apakan saja ternyata pasarnya luar biasa” ungkap Hijrah mengenai titik balik semangat Project B Indonesia.
“Setelah pemesanan pertama itu, teman-teman melakukan survey desain tas dan dompet, dan penjahit. 2010 kita mulai serius menangani produksi” lanjut Hijrah. Sistem penjualan pun masih dilakukan secara online. Pemasaran via media sosial dilakukan karena terkendala showroom yang tidak dimiliki. Tetapi respon dari pasar sangat baik. Bahkan beberapa konsumen berasal dari luar Indonesia. Karena jangkauan media sosial yang sangat luas hingga ke luas Indonesia, kelompok yang pertama kali bernama Project B ini mengganti namanya menjadi Project B Indonesia.
“Di 2011, kita muncul dengan nama yang baru, yaitu butik daur ulang” Hijrah menerangkan kronologis perubahan brand. “Di 2011 juga, kita memberanikan diri membuka satu tempat display yang kita namakan butik daur ulang. Kenapa butik? Karena butik identik dengan produk yang bagus dan ekslusif. Tapi konsep butik ini kita elaborasi dengan sampah, sesuatu yang bertentangan dengan nuansa butik. Dengan harapan pengunjung memiliki pandangan jika sampah yang dianggap kotor memiliki potensi menjadi bagus dan eksklusif” lanjut Hijrah menjelaskan pemilihan konsep brand lokasi display milik Project B Indonesia. Tahun 2011 hingga 2014, lokasi butik daur ulang berlokasi di kawasan Jl. Kaliurang Km. 8. Lalu di 2015, untuk mempermudah akses konsumen, butik daur ulang dipindahkan ke kawasan Condongcatur.
Project B Indonesia yang pada awalnya membeli sampah dari kantin kampus, warung burjo, dan angkringan berlanjut membeli sampah dari masyarakat umum. Karena kebutuhan jenis sampah yang dibutuhkan Project B Indonesia semakin banyak, mereka menyasar kelompok-kelompok ibu rumah tangga di sekitar wilayah Yogyakarta. Kelompok PKK, kelompok arisan menjadi sasaran utama Project B Indonesia sebagai penyalur sampah plastik rumah tangga. Sistem transaksi Project B Indonesia dengan kelompok ibu rumah tangga ini pun dirancang berbeda.
“Berbagi pengetahuan mengenai sampah dan membuat sistem menabung sampah dengan kelompok ibu rumah tangga. Hingga kemudian, sampai sekarang kami memiliki partner kelompok ibu rumah tangga sebanyak 185 kelompok yang tersebar di Yogyakarta” hijrah menjelaskan. Memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai sampah tidak berhenti kepada mencanangkan sistem bank sampah, tapi juga memberikan pengetahuan mengenai produksi produk-produk butik daur ulang, dengan harapan masyarakat menjadi terberdayakan. Tindakan-tindakan sosial Project B Indonesia bagi Hijrah merupakan darah utama keberlangsungan Project B Indonesia. Impian dan misi ke depannya adalah menjadikan Project B Indonesia sebagai distributor hasil produksi kelompok-kelompok ibu rumah tangga tersebut.
Latest posts by Danoe Santoso (see all)
- Menikmati Racikan Bumbu Wirausaha Kuliner Jogja - Thursday, 31 December 2015
- Wirausaha Wanita Indonesia yang Mendunia - Wednesday, 2 December 2015
- Wirausaha Muda Agrobisnis Indonesia - Tuesday, 1 December 2015







Harusnya seperti ini kaum muda indonesia. tak hanya kreatif, namun juga memiliki kepedulian terhadap lingkungan. tak hanya mengambil dari alam, namun juga memberikan ke alam. Sukses buat mas hijrah.