Lesehan siantan menyediakan kebutuhan masyarakat Yogyakarta saat malam tiba
Jalanan malam hari di Yogyakarta adalah pusat pasar konsumen yang perlu digarap lebih lanjut. Pendatang dari luar Yogyakarta yang tinggal untuk kepentingan kuliah dan kerja adalah pasar yang dijanjikan Yogyakarta. Mahasiswa-mahasiswi adalah ceruk besar konsumen yang siap membelanjakan uangnya, ditambah lagi dengan kehadiran para pekerja, membuat Yogyakarta menjadi daerah yang tidak pernah sepi dari arus perputaran uang. Hal inilah yang dirasakan oleh Rumpun Retnani (44 tahun). Membuka usaha lesehan saat malam hari di salah satu jalan protokol Yogya, ia merasakan efek dari kedatangan pendatang luar Yogya.
Siantan, nama lesehan milik Rumpun Retnani ini berada di Jln. Urip Sumaharjo, Yogyakarta. Lesehan siantan menyediakan kebutuhan masyarakat Yogyakarta saat malam tiba; makanan, tempat nongkrong yang luas, tempat parkir mobil yang juga luas, dan keakraban antara penjual dan pembeli. Kenyamanan, selain makanan, yang diberikan siantan pada konsumennya menjadi salah satu hal penting yang jadi keunggulan siantan. Dengan konsumen yang kebanyakan memerlukan parkir mobil, Rumpun Retnani tahu jika harga barang dagangannya bukanlah masalah bagi konsumennya. Yang terpenting bagi Rumpun Retnani adalah memberi kenyamanan bagi konsumennya.
“Dulu itu, antara 1997-2000an ada istilah ga ke siantan ga gaul” Rumpun Retnani menceritakan bagaimana warung lesehannya menjadi terkenal. “Ada juga yang pernah SMS saya, bahwa dia ingin ke siantan tapi parkir motor tidak ada. Akhirnya saya balas, nanti pasti diabantu sama tukang parkirnya.” Lanjut Rumpun Retnani saat diwawancari redaksi wartawirausaha.com. “Di hari biasa seperti ini, omzet bisa mencapai tiga juta per hari. Malam minggu juga ramai. Tapi setiap tahun baru, pasti omset saya naik. Pasti ramai banget”
“Dulu kan tidak begini, saya juga pontang-panting bekerja.” Rumpun Retnani menceritakan bagaimana siantan pertama kali berdiri dia harus membagi waktu antara bekerja di sebuah perusahaan dengan mengurus warung lesehannya. “Akhirnya tahun 2006, suami saya kemudian tidak bekerja. Akhirnya saya meminta suami saya memegang cabang siantan di (daerah-red) Seturan, Yogyakarta).” Rumpun Retnani mengisahkan kesuksesan usaha miliknya.
Baca juga: Jalan Wirausaha Rumpun Retnani
Latest posts by Danoe Santoso (see all)
- Menikmati Racikan Bumbu Wirausaha Kuliner Jogja - Thursday, 31 December 2015
- Wirausaha Wanita Indonesia yang Mendunia - Wednesday, 2 December 2015
- Wirausaha Muda Agrobisnis Indonesia - Tuesday, 1 December 2015










