Kisah Empat Wanita Wirausaha Malaysia dan Filipina
Pengantar: Beberapa bulan yang lalu, tim Qualcomm Wireless Reach mengundang Rebekah iliff untuk bergabung mengunjungi beberapa proyek mereka, yang bekerjasama dengan Hapinoy dan Cherie Blair Foundation for Women, di Filipina dan Malaysia. Proyek mereka adalah memberikan pelatihan pemanfaatan teknologi seluler bagi para wirausaha. Rebekah iliff menceritakan pengalamannya bertemu dengan beberapa wanita wirausaha. Disadur bebas dari entrepreneur.com, kisah empat wanita wirausaha Malaysia dan Filipina ini adalah hasil perjumpaan Rebekah iliff dengan para wanita wirausaha.
Kewirausahaan adalah topik hangat saat ini. Sudah banyak sekali artikel lepas dan buku yang menulis tentang wirausaha. Hampir seluruh universitas memasukkan kurikulum wirausaha, yang bercerita banyak, baik teori maupun inspirasi, mengenai kesuksesan pelaku wirausaha yang berangkat dari “zero to hero”. Wirausaha adalah topik yang selalu masuk ke berita-berita dan update status.
Efek berikutnya adalah, wirausaha tidak saja dimiliki oleh mereka yang memiliki penemuan besar atau mereka yang punya keberanian untuk menanamkan tabungannya ke sebuah ide inovatif. Tetapi, wirausaha menjadi sebuah gelar yang bisa dimiliki siapa saja tanpa terkecuali selama ia mampu mempertahankan kewirausahaannya di dunianya. Di negara maju, menjadi wirausaha berarti juga mendukung kebijakan pemerintah, juga kemudahan mendapatkan akses ke infrastruktur teknologi dan modal. Artinya, menjadi wirausaha adalah sama berartinya dengan mengejar jenis profesi yang lain. Tapi kasus ini tidak berlaku di semua negara.
Di negara-negara kurang berkembang, atau di “negara-negara berkembang,” ide wirausaha memiliki makna yang berbeda. Ide wirausaha sama sekali bukan mengenai mengambil alih sebuah perusahaan besar. Dan juga bukan mengenai inovasi teknologi atau semacamnya. Sebaliknya, kewirausahaan adalah mengenai bagaimana keluar dari masalah hidup. Masalah hidup seperti mememuhi kebutuhan ekonomi keluarga, memasukkan anak ke sekolah yang baik, dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi mereka.
Beberapa bulan yang lalu, tim Qualcomm Wireless Reach mengajak saya untuk bergabung dengan mereka. Saya diajak mengunjungi beberapa proyek mereka, yang bekerjasama dengan Hapinoy dan Cherie Blair Foundation for Women, di Filipina dan Malaysia. Proyek mereka adalah memberikan pelatihan pemanfaatan teknologi seluler bagi para wirausaha. Setelah menghadiri Dell Women’s Entrepreneur Network conference di Berlin, rasanya waktu kerja saya tidak berhenti. Konfrensi yan menghadirkan 200 pelaku wirausaha dari seluruh dunia itu membuat saya terpesona dengan konsep ‘apakah kewirausahaan berarti bagi saya.’
Saya meminta izin tim Qualcomm Wireless Reach untuk membagikan cerita inspiratif dari pelaku-pelaku wirausaha yang mereka datangi. Agar dapat memberikan inspisrasi bagi pelaku wirausaha lain untuk terus berkembang lebih besar.
Dimulai dari seorang wanita yang selamat dari bencana topan haiyan. Ia kehilangan dua saudara dan 17 cucu. Dan menjadi seorang janda yang menghidupi dua anak dengan pendapatan sekitar satu juta rupiah selama satu bulan.
Kisah-kisah ini akan mengingatkan kita jika tujuan wirausaha bukan hanya untuk mengejar keuntungan. Tetapi tentang bagaimana kita memilih untuk mencapai tujuan dengan kelebihan dan kekurangan kita, sambil terus belajar dan memberi efek positif pada orang sekita kita.
Inilah kisah-kisah itu:
Latest posts by Danoe Santoso (see all)
- Menikmati Racikan Bumbu Wirausaha Kuliner Jogja - Thursday, 31 December 2015
- Wirausaha Wanita Indonesia yang Mendunia - Wednesday, 2 December 2015
- Wirausaha Muda Agrobisnis Indonesia - Tuesday, 1 December 2015